Peristiwa ini terjadi pada saat saya melakukan perjalanan dengan mempergunakan LION Air pada tanggal 22 Maret 2012, dengan rute Padang – Jakarta, flight nomor JT 357, berangkat dari Padang pukul 17:50. Pada penerbangan ini saya menduduki kursi nomor 20 F, sisi jendela dari daerah Pintu Darurat di bagian tengah pesawat (bagian tengah pesawat ada 4 buah pintu darurat di deretan kursi nomor 19 dan 20, kiri dan kanan). Semua berjalan dengan baik sampai ketika pesawat menjelang lepas landas. Pengumuman mengenai handphone untuk dimatikan telah dilakukan berulang kali, sampai kemudian pramugari mulai menerangkan penggunaan pelampung (suatu standar sebelum lepas landas), dering handphone tiba tiba terdengar dari kursi 19 F, yang berada tepat didepan saya (sebut saja bapak A). Pramugari yagn bertugas secara tegas langsung menegur bapak A, agar dengan segera mematikan handphonenya. Saya tidak tahu persis apa yang terjadi, tapi deringan tersebut kemudian terhenti.
Pesawat kemudian mengudara, dan ditengah – tengah perjalanan tersebut tiba – tiba deringan hendphone tersebut kembali terjadi dari kursi 19 F tersebut, tapi sepertinya bapak A mengabaikan bunyi handphone tersebut, saya sempat memperhatikan bahwa penumpang di kursi sebelahnya (19 E), sempat menoleh dan mencoba menyimak asal bunyi handphone tersebut, tidak terjadi apa – apa, kemudian dering handphone pun berhenti.
Peristiwa-peristiwa tersebut tidak berarti apa – apa jika dibandingkan dengan peristiwa yang terjadi kurang lebih 15-20 menit menjelang mendarat. Bapak A yang sepertinya sempat terlelap tidur dengan selonjoran, tiba – tiba meraih dan bergantung pada pegangan pintu darurat untuk membantu mengembalikan posisinya untuk duduk secara tegak kembali. Peristiwa yang terjadi sangat singkat ini betul – betul membuat darah saya terbang entah kemana…… Alhamdulillah pintu darurat tidak terbuka karena handle tersebut dipakai untuk bergantung sementara. Sayang sepertinya hanya saya yang melihat peristiwa tersebut terjadi. Sejak saat itu sampai pesawat benar-benar mendarat, saya tidak bisa tenang, yang ada di kepala saya hanyalah satu, jangan sampai hal tersebut terjadi lagi, dan saya harus memperhatikan apa yang dilakukan oleh bapak A ini. Untungnya sampai pesawat mendarat tidak ada peristiwa “sinting” lagi yang terjadi dari kursi tersebut.
Saya sama sekali tidak mengerti apa yang terjadi atau ada dikepala bapak A tersebut, karena segala penjelasan telah dilakukan oleh pramugari dengan sangat jelas, termasuk informasi agar para penumpang di daerah pintu darurat tidak diijinkan menyentuh pintu darurat tersebut, tanpa instruksi dari pramugari (tentunya dalam kondisi darurat). Jadi dalam hal ini para pramugari dan maskapai telah melakukan kewajibannya dengan baik, masalahnya adalah kadang ada orang yang tidak peduli dan menyepelekan hal yang sebenarnya adalah penting.
Mungkin salah satu cara untuk mencegah hal ini terulang kembali adalah dengan benar-benar menyeleksi orang yang akan duduk di daerah penting ini, diperlukan suatu kesadaran dan kemampuan berpikir yang cukup baik untuk memahami, bahwa ada hal – hal yang perlu mendapatkan perhatian serius dan bukanlah hal yang sepele, karena ini menyangkut keselamatan banyak orang.